oleh : E r i d a
Publikasi pada : Jurnal Manajemen Pemasaran Modern Vol. 1 No.1 Januari-Juni 2009 ISSN 2085-0972
Abstract
This research purposes to identify consumer satisfaction, their response toward incentives program, and effect of consumer satisfaction and incentives on word-of-mouth behavior at intercity bus service executive class in Bandung. The research was carried out on 152 intercity bus service executive class consumers at five Bus Firms serving Bandung-Palembang as research samples by using Judgment Sampling Technique.
The data gathered using questionnaire also used interview and observation. Data collected is valued by using seven point scales and were analyzed with method of ‘Factor Variance Analysis.’ The result of research indicated that, on the average, servicing provided by five intercity bus service executive class
firms, especially served Bandung-Palembang were satisfy the consumers. Same as, incentives program
obtained positive responses from the consumers. There were significant main effect for satisfaction on
likelihood to generate WOM (L-WOM, Fh = 10,808), the favorability of WOM generated (F-WOM, Fh = 316,832), and the likelihood to make purchase recommendation (Recommend, Fh = 214,205). While, there were significant main effect of incentive on L-WOM (Fh = 76,049), F-WOM (Fh = 126,509), and Recommend (Fh = 101,329). Incentive main effect on WOM tested based on consumer’s response toward incentives program, strengthen conclusion that incentive alone has effect on word-of-mouth behavior. A further finding is the significant interaction effect between satisfaction and incentive on L-WOM (Fh = 6,887), F-WOM (Fh = 9,975), and the likelihood to make purchase recommendation (Fh = 11,381).
Incentives were shown to be an effective catalyst to decrease negative WOM behavior of dissatisfied consumers, and to increase positive WOM behavior of satisfied consumers.
Key words: consumer satisfaction, WOM behavior of consumers
PENDAHULUAN
Angkutan penumpang bis, termasuk salah satu bentuk bisnis jasa transportasi yang masih cukup
prospektif, meskipun bisnis disektor ini cukup terpukul ketika krisis ekonomi terjadi sejak pertengahan Juli tahun 1997. Di Jawa Barat, sampai tahun 2002 tercatat sebanyak 111 perusahaan angkutan bis yang melayani trayek baik antar kota dalam propinsi maupun antar kota antar propinsi, dengan jumlah armada 3271 bis, (Dinas Perhubungan Jawa Barat,2003). Dari jumlah perusahaan tersebut, 38 perusahaan daintaranya terdapat di Bandung, dan diantara ke 38 perusahaan tersebut, terdapat 7 perusahaan yang melayani trayek Bandung-Palembang.
Banyaknya perusahaan yang bergerak dalam bisnis jasa angkutan penumpang bis, kelas eksekutif
khususnya, tentunya menimbulkan konsekuensi pada tajamnya persaingan dalam mendapatkan pelanggan dan mempertahankan pelanggan yang ada. Hal ini lebih diperberat oleh adanya perang tariff pada jasa transportasi udara, yang menyebabkan konsumen banyak yang beralih menggunakan angkutan udara.
Gejolak lingkungan bisnis tersebut dan adanya pergeseran tuntutan pelanggan, menuntut manajemen perusahaan untuk mampu beradaptasi terhadap perubahan tersebut. Seperti konsumen dengan tingkat kemakmuran yang lebih baik, kini membutuhkan alat transport yang tidak hanya sekedar memenuhi
kebutuhannya untuk sampai ketempat tujuan, tetapi lebih jauh dari itu mereka membutuhkan kenyamanan selama perjalanan. Artinya mereka membutuhkan suasana kendaraan yang benar-benar kondusif, service . . . .
.. (baca_selengkapnya )
Artikel lengkap dikompilasi oleh/hubungi :
-------------------------------
Butuh Artikel/Jurnal Lainnya ?, click di :
E:\K A N A I D I\Data\My Docu\aKEN\JOURNAL\SQual, C.Satisfaction & Loyalty